This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 18 April 2015

psikologi sastra


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Sastra
Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa. Sedangkan sastra adalah ilmu tentang karya seni dengan tulis-menulis. Maka jika diartikan secara keseluruhan, psikologi sastra merupakan ilmu yang mengkaji karya sastra dari sudut kejiwaannya.
Menurut Ratna “Psikologi Sastra adalah analisis teks dengan mempertimbangkan relevansi dan peranan studi psikologis”. Artinya, psikologi turut berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastra dengan bekerja dari sudut kejiwaan karya sastra tersebut baik dari unsur pengarang, tokoh, maupun pembacanya. Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan dapat dianalisis konflik batin yang terkandung dalam karya sastra.. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hubungan antara sastra dan psikologi sangat erat hingga melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan “Psikologi Sastra”. Artinya, dengan meneliti sebuah karya sastra melalui pendekatan Psikologi Sastra, secara tidak langsung kita telah membicarakan psikologi karena dunia sastra tidak dapat dipisahkan dengan nilai kejiwaan yang mungkin tersirat dalam karya sastra tersebut.
Jadi. Pendekatan psikologis ini adalah analisis atau kritik terhadap suatu karya sastra yang menitik beratkan pada keadaan jiwa manusia, baik terhadap pengarang, karya sastara, maupun pembaca.
Menurut Aminuddin dan semi pendekatan psikologi sastra dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal,diantaranya :
 Untuk memahami aspek kejiwaan pengarang dalam kaitanya dengan peroses kreatif karya sastra yang dihadirkanya
 Untuk mengeksplorasi segi-segi pemikiran dan kejiwaan tokoh-tokoh utama cerita.


Keperibadian menurut frued pada umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu: a) id atau es, b) ego atau ich, c) super ego atau uber ich. Isi id adalah dorongan-dorongan primitive yang harus dipuaskan, salah satunya libido. Id dengan demikian merupakan kenyataan subjektif primer. Didiunia batin sebelum individu memiliki pengalaman tentang dunia luar. Ego bertugas untuk mengontrol Id, sedangkan super Ego berisi kata hati.



Ada tiga sasaran dalam menganalisis karya sastra; yaitu
 Analisis psikologi pengarang.
 Lebih menekankan bagaimana keadaan jiwa pengarang tersebu.
• Melacak riwayat hidup pengarang, kesimpulanya dapat digunakan untuk menganalisis karya sastra pengarang tersebut,karena keadaan batin pengarang banyak yang dimasukan dalam karya sastranya
 Analisis psikologis karya sastra
• Didasarkan pada anggapan bahwa dalam karya sastra terdapat tokoh-tokoh atau peribadi-peribadi secara kejiwaan memiliki karakteristik khas yang dapat dipahami melalui teori psikologi, ini merupakan bahan analisis dari segi instrinsik, karena menekankan pada penokohan, perwatakan dan konflik.
• Unsur Intrinsik
o Protagonist
o Antagonis
 Efek karya sastra pada pembaca
• Tentunya memiliki daya tarik tersendiri kepada pembaca dan bagaimana respon pembaca terhadap karya yang dibaca.

Asal usul drama dan perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN

A.1. Latar belalang masalah Pada dasarnya karya sastra terbagi menjadi tiga genre, yaitu prosa, puisi, dan drama. Ketiga genre sastra ini berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Namun perkembangan antara ketiga genre sastra ini tidak sama, ada yang berkembang dengan pesat dan adapun yang berkembang tahap demi tahap. Seperti perkembangan drama misalnya.Sebagai suatu genre sastra, drama mempunyai kekhususan disbanding dengan puisi ataupun genre fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap derama lebih difokuskan kepada bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret. Diyunani kuno misalnya, sekelompok orang dengan cara mengarak seekor kambing yang sudah dihias dengan berbagai perhiasan, digiring keliling kepasar atau tempat-tempat keramaian dengan berbagai iringan dan bunyi-bunyian. Rombongan tersebut membeberkan tentang salah satu dewa mereka. Para penonton yang menyaksikan disepanjang jalan. Bila perhatian besar, maka arak-arakan memperlambat atau menghentikan arakannya dan memberikan kesempatan pada seorang “narrator” untuk mengisahkan suatu kejadian. Baru upacara-upacara keagamaan dilakukan ditempat yang khusus. Bentuk awal drama dan teater barat asalnya juga dari kegiatan-kegiatan ritual keagamaan. Lalu bagaimana perkembangan selanjutnya dan apa saja karakteristik dari setiap zaman. Untuk lebih jelasnya maka penulis akan menjelaskan dibagian bab selanjutnya. A. 2. Rumusan Masalah  Bagaiman Asal Usul drama dan Perkembangannya .?  Apa saja karakteristik derama dari setiap zaman ?

BAB II PEMBAHASAN
1. Asal Mula Drama dan Perkembangannya jika kita mengikuti sejarah drama, kita melihat bahwa itu telah melewati berbagai tahapan yang berbeda sejak awal hingga saat ini. Drama tumbuh dalam bentuk primitif, dan drama merupakan salah satu kategori syair , dan kemudian tumbuh dan terpisah dari nyanyian , dan berkembang hingga menjadi bentuk yang kita lihat sekarang. menurut semua orang, India, dan Cina dan orang-orang Yunani dan Romawi seni drama tumbuh dibawah naungan kuil yang merupakan sebagai bagian dari jenis ibadah yang mereka lakukan, kemudian perkembangannya ketika terpisah dari (tempat ibadah) untuk kelangsungan hidup. maka jadilah seni yang mandiri, namun kuil itu hilang dengan sendirinya,sama dengan apa yang terjadi pada orang-orang Mesir kuno . (era Firaun). Sejarah tidak melindungi kita, tentang adanya sesuatu drama antara orang-orang Arab dalam ketidaktahuan dan kekafirannya, mungkin berkaitan dengan kekafiran orang arab yang tidak otentik,ini sebenarnya gambaran penyimpangan agama Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS, oleh sebab itu mereka tidak memiliki tradisi yang mendalam. agama tauhid ini adalah nilai agama yang mensucikan Allah swt. Sumardjo menyebutkan bahwa teori tentang asal mula drama dan teater barat sebagai berikut. a. Berasal dari upacara perimitif. Unsur cerita ditambahkan pada upacara semacam itu yang akhirnya berkembang menjadi pertunjukan drama. Meskipun upacara agama perimitif telah lama ditinggalkan, tetapi drama dan teater terus berkembang hingga saat ini. b. Berasal dari nyanyian untuk menghormati seorang pahlawan dikuburanya. Dalam acara ini, seorang pencerita akan mengisahkan riwayat hidup sang pahlawan, yang lama kelamaan diperagakan dalam bentuk teater. c. Berasal dari kegemaran manusia mendengarkan cerita. Cerita itu kemudian diteaterkan. Dari peninggalan-peninggalan manusia perimitif, misalnya gambar-gambar di dinding gua dapat diketahui bahwa telah ada kisah-kisah tentang bagaimana pembagian kerja secara seksualitas terjadi. Jika para lelaki pergi berburu dan dengan hasil yang baik, maka kaum wanita yang menunggu dan menjaga anak-anak ingin pula mendengarkan cerita bagaimana hewan buruan itu diperoleh. Penceritaan kembali hal tersebut biasanya diperagakan sebagaiman layaknya teater.

1.1. Masa yunani kuno. Kegiatan drama dan teater di Yunani Kuno berawal dari festival tari dan nyayian yang biasa disayembarakan setiap tahun untuk menghormati dewa Dionysius, yaitu dewa anggur dan kesuburan. Diselenggarakan pada tahun 534 SM di Athena, dimenangkan oleh seorang yang bernama Thespis. Karya Thespis pada saat itu sebenarnya tidak bisa dikategorikan sebagian suatu tarian saja atau nyanyian saja kedua unsur itu terdapat didalam pertunjukan yang diciptkan oleh thespis. Karya Thespis pada saat itu sebenarnya tidak bisa dikategorikan sebagai suatu tarian saja atau nyanyian saja. Kedua unsur itu terdapat didalam seni pertunjukan yang diciptakan oleh Thespis. Pertunjukan itulah yang kemudian dikenal sebagai teater. Nama Thespis dilegendakan, sehingga aktor-aktor kemudian disebut thespisian.kegiatan berteater yang tetap punya kaitan dengan peristiwa ritual mencapai puncaknya kira-kira pada tahun 400 SM. Tempat yang terkenal dikota Athena adalah teater Dionysius dibukit Acropolis. Yang juga merupakan pusat kuil dikota Athena. Jenis pertunjukan drama dan teater yang terkenal dan dikenal di Yunani Kuno adalah sebagai berikut.

1.1.1. Tragedi Bersifat ritual keagamaan, sehingga pertunjukan berlangsung serius, khidmat, puitis, dan filosofis. Tokoh-tokoh didalam drama jenis ini selalu menghadapi dilema moral yang sulit meskipun mereka mempunyai kelebihan tertentu dibanding manusia lainnya. Tragedi di Yunani Kuno terdiri dari beberapa episode dan diiringi nyanyian koor yang biasanya berupa ode (nyayian pujaan). Beberapa tokoh drama dan teater teragedi Yunani Kuno adalah sebagi berikut :  Aeskilos (525-456 SM)  Sophokles (496-406 SM)  Euripedes (484-406 SM)

1.1.2. Komedi Drama komedi dimaksudkan sebagai derama yang membawa kabar gembira. Misalnya kemenangan perang, kepahlawanan, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan asal kata komedi, yaitu dari kata komoida, artinya membuat gembira. Di Yunani Kuno, jenis komedi dapat dibagi dua macam berdasarkan terra cerita yang dipentaskan. Komedi jenis pertama bertemakan sosial politik dan kenegaraan, biasanya dikenal dengan komedi lama. Sedangkan jenis kedua bertemakan permasalahan kehidupan rumah tangga dan kehidupan keseharian, dikenal sebagi komedi baru. Tokoh-tokoh komedi Yunani Kuno adalah ;  Aristhopanes (445-385 SM)  Menandar (349—291 SM)

1.1.3. Satyre Yaitu bentuk derama yang berupa komedi ringan dan pendek, bersifat rumor dan parody terhadap mitologi. Karya Satyre Yunani Kuno yang diketahui hanya Cyclop karya Euripides. 1.2. Masa Romwai Kuno Sesuadah tahun 200 SM, kegiatan drama dan teater beralih dari Yunani Kuno ke Romawi Kuno. Karena drama dan teater Romawi Kuno merupakan pengenbangan dan kelanjutan dari drama dan teater di Yunani Kuno, maka mutunya tidak sebaik mutu-mutu drama dan teater Yunani Kuno. Jenis drama dan teater yang digemari di Romawi Kuno adalah derama dan teater yang bersifat sensasional. Drama dan teater serius kurang digemari dan diminati. Bentuk dan jenis derama yang dikenal di Romawi Kuno adalah ; 1.2.1. Tragedi Drama jenis ini meneladani sepenuhnya kepada jenis tragedi di Yunani Kuno. Jenis ini diperkenalkan di Romawi Kuno oleh livius Andronicus pada tahun 240 SM. Tokoh derima dan teater tragedi Romawi Kuno yang terkenal adalah Seneca, yang nama lengkapnya Lucius annaeus Seneca (4 SM-65 M). Ini merupakan guru Nero, kaisar Roma, yang kemudian membunuhnya.

1.2.2. Komedi Drama jenis ini juga meneladani pada yunani Kuno, terutama pada jenis komedi bare Yunani. Tema sedikit diperluas dengan memasukan unsur tambahan, misalnya kecerdikan pelayan dibandingkan majikanya, dan lain-lain. Tokoh yang terkenal untuk bidang ini adalah sebagai berikut.  Terence (195-159), karya-karyannya antara lain Ibu Mertua, Wanita dari Andrus, dan si kebiri  Plautus (254-184 SM), karya-karyanya antara lain Casino dan Manaechmi

1.2.3. Farce Pendek, merupakan suatu bentuk drama keagamaan yang singkat.
1.2.4 Mime merupakan suatu bentu drama yang didalamnya mengisahkan keajaiban-keajaiban actual.
1.2.5. pantomime suatu bentuk derama yang menyadarkan kekuatan pada gerak perilaku, dan ekspresi pemain.

1.3. Abad Pertengahan Setelahnya munculnya gereja, terjadi perubahan dalam penyajian drama dan teater di kota Roma. Meskipun masih ada pertunjukan mime dan troubadur, tetapi peran orang-orang gereja amat besar untuk berkembang drama dan teater selanjutnya. Jenis-jenis drama dan teater yang dikenal pada abad pertengahan ini adalah sebagai berikut.

1.3.1. Drama Liturgi; jenis drama yang merupakan bagian dari upacara misa digreja dimainkan oleh para pstor. Kisahnya tentu saja tentang peristiwa natal, yaitu mengenai kelahiran Yesus (Nabi Isa) dan kenaikan Yesus ke surga.

1.3.2. Cycle; drama keagamaan, tetapi dimainkan diluar gereja. Cerita yang dipentaskan bersifat anakronik, yaitu terjadi pencamburadukan antara kejadian-kejadian didalam Bible (Injil)) dengan kejadian-kejadian actual. Meskipun drama ini adalah derama agama, namun ada unsur humor didalamnya.

1.3.3. Miracle; drama mengisahkan tentang orang-orang suci dalam agama keristiani(santo-santo). Derama ini pada akhirnya dimainkan dan berkembang diluar gereja.

1.3.4. derama moral; derama keagamaan yang temanya tentang kebajikan, moralitas, serta hal-hal sejenisnya.

1.3.5. Farce; drama keagamaan, namun pada periode ini lebih bersifat sekuler. Drama ini tumbuh dan berkembang diluar gereja
1.3.6. Interlude; merupakan derama selingan yang dimainkan atau dipertunjukan sebagian sisipan acara pesta atau perayaan tertentu. Umumnya dimainkan oleh actor-aktor berpengalaman.

1.4. Zaman Renaissance Pada zaman renaissance,
perkembangan tidak hanya terjadi pada bidang industri saja. Bidang teater juga mengalami perkembangan semarak di Eropa. Istana dan akademik-akademik merupakan pusat-pusat aktivitas drama dan teater, terutama di Italia. Ada banyak jenis drama pada saat ini. Namun begitu, namun ada tiga jenis drama yang berkembang dengan baik, yaitu: tragedi, komedi dan pastoral. Jenis pertama dan kedua telah dikenal.sedangkan yang dimaksudkan dengan pastoral adalah drama keagamaan yang mengisahkan cerita tentang dewa-dewa (malaikat-malaikat) dengan para penyebar agama. Tokoh derama dan teater yang dapat dikenal pada masa ini, misalnya Ariosto, Trissino, Cinitho, Machiavelli, dan Guarini. Pada sekitar tahun 1650, jenis derama dan teater yang amat populer di Italia adalah jenis pertunjukan Opera. Bentuk dan jenis ruang pertunjukan teater adalah Sebastian Serlio. Dipihak masyarakat biasa, jenis pertunjukan yang amat disenangi dan cukup terkenal adalah pertunjukan teater rakyat. Jenis pertunjukan ini berkembang diluar lingkungan istana dan akademis. Pada masa ini juga, di Inggris lahir pula tokoh-tokoh drama dan teater yang kuat. Bahkan di Inggris terjadi perubahan besar dalam bidang perteateran ini. Perubahan tersebut adalah digantinya bahasa pengantar (dialog-dialog teater) dari bahasa latin menjadi bahasa Inggris. Ini merupakan reformasi. Perkembangan drama di Inggris pada masa ini mencapai puncaknya dibawah pemerintahan Elizabeth dari dinasti Sturart. Dikernakan perubahan cukup besr dibidang teater dibawah pemerintah Elizabeth, maka teater Inggris pada masa ini lebih dikenal teater Elizabethan. Teater Elizabethan ini menghasilkan banyak pengarang dan tokoh drama Inggris yang dikenal di Inggris saja. Melainkan dikenal diberbagai tempat dimuka bumi ini. Tokoh-tokoh drama dan teater Inggris tersebut adalah sebagai berikut ;  Thomas kyd (1558-1594), karya-karyanya yang terkenal adalah teragedi sepanyol, solymon, persada, dan Cornellia  Christopher Marlowe (1564-1593), karya-karyanya yang terbesar adalah tragedy dokter Faustus.  John Lyly (1554-1606), disbanding sebagai peulis derama ia lebih dikenal sebagai penulis fiksi, khususnya Novel. Karya-karyanya adalah compaspe dan endymion.  William Shakespeare (1564-1616), karya-karyanya cukupbanyak, hampir seluruh karyanya digemari dan menjadi populer. Bahkan sampai saat ini telah diterjemahkan kedalam banyak bahasa didunia ini. Karyanya kebanyakan bersifat melakonis. Di penghujung crita selalu diakhiri dengan kesedihan. Hanya ada sebuah karya yang berakhir dengan kebahagiaan yaitu perices. Karya-karyanya yang cukup terkenal adalah romeo dan Juliet, Julius Caesar, Hamlet Pangeran Denmark, Othello, Machbeth, Raja Lear dan Athony dan Cleopatra

1.5. Perkembangan Drama dan Teater Barat Modern dalam Aliran Kesenian

1.5.1. Drama dan Teater Neoklasik Aliran ini merasuki drama dan teater terutama di Prancis, yaitu ketika neoklasik dari Italia masuk ke Prancis kira-kira 1630-an. Dasar-dasar teori neoklasik drama dan teater menurut Sumardjo (1986:46) adalah sebagai berikut : o Hanya ada dua bentuk drama, tragedi, dan komedi keduanya tak boleh dicampur. o Drama harus berisi ajaran moral yang disajikan secara menarik. o Karakter harus bersifat universal dan bukan sebaliknya bersifat individual dan aneh-aneh, serta o Kesatuan waktu, tempat, dan kejadian harus dipertahankan, maksudnya ceritayang disajikan lewat alur merupakan kejadian sehari semalam, terjadi disuatu tempat, dan menyangkut satu kejadian saja. Para penulis drama neoklasik yang cukup terkenal adalah : o Piere Corneille (1606-1684), seorang penulis tragedi kondang yang diberi gelar Bapak Tragedi Prancis. Karya-karyanya antara lain Horace, Cinna,Polyeucte, dan Rodogune. Buku teori dramanya berjudul Risalah tentang Tragedi. o Jean Racine (1639-1699), jenis dramanya mirip dengan drama-drama Corneille, hanya saja bentuk pementasannya agak sederhana. Karya-karyanya Les Plaideurs, Esther, Athalie, dan lain-lain. o Moliere (1622-1673) merupakan nama pena, nama sesungguhnya Jean Baptiste Poquelin. Ia dikenal sebagai penulis komedi. Beberapa karyanya adalah Dokter Gadungan, Sekolah Isteri, Calon Gentelman, dan lain-lain.

1.5.2. Drama dan Teater Romantik Teater aliran Romantik muncul karena ketidakpuasan sebagian orang terhadap aliran neoklasik. Aliran romantik berkembang antara tahun 1800-1850. Ketidaksetujuan kaum romantik didasari pada konsep aliran neoklasik terutama karena menganggap aliran neoklasik terlalu berpijak pada unsur dituntun oleh insting alamiahnya agar dapat berbuat benar dan dapat menggunakan perasaannya secara benar pula. Sedangkan prinsip kaum romantik adalah kebebasan dalam berkreativitas untuk memahami manusia dan semesta. Aliran yang memengaruhi drama dan teater antara tahun 1800-1850 meluas ke beberapa Negara Eropa sehingga menghasilkan tokoh dan penulis drama romantik. Tokoh-tokoh yang dapat dikenal antara lain Knowles, Lyton (Inggris), Goethe, Schiller (jerman), Alexander Dumas Sr., Vigny, dan Musset (Prancis).

1.5.3. Drama dan Teater Realisme
Aliran ini berkembang sekitar tahun 1850-an, terutama dibidang teater Prancis. Ketidakpuasn terhadap konsepsi romantic, merupakan salah satu penyebab mengapa aliran ini berkembang. Idealisme yang dituntut kau romantic, oleh kaum realism dianggap tidak mungkin terwujud. Oleh sebab itu, penulis-penulis realisme berusaha menggambarkan kenyataan kehidupan subjektif. Kenyataan hidup sehari-hari sebagaimana adanya mewarnai pementasaan realisme. Tokoh-tokoh teater realisme antara lain : Alexandre Dumas Jr, Augier, Ibsen (Prancis); Pinero, Joens Galsworthy, dan Shaw (Inggris); Nikolai Googol, Ostrovsky, Trugeney, Anton Chekov (Russia).

1.5.4. Drama dan Teater Simbolisme
Aliran ini muncul sebagai jawaban bagi aliran realisme. Simbolisme sebagai sebuah aliran yang mempercayai intuisi sebagai perangkat untuk dapat memahami kenyataan yang tidak dapat dipahami secara logika. Menurut kaum simbolisme, kenyataan tidak mungkin dipahami secara logis, maka kebenaran tidsk mungkin pula diungkapkan secara logis. Kenyataan yang hanya dapat dipahami melalui intuisi harus diungkapkan lewat simbol-simbol. Diatas panggung aliran simbolisme selalu memanfaatkan dekorasi yang sederhana, agar dekorasi tersebut Tokoh-tokoh drama di teater simbolisme adalah Maeterlick, Wagner, Appia, Craig, dan Lorca.

1.5.5. Drama dan Teater Ekspresionisme
Munculnya aliran itu satu diantaranya juga disebabkan ketidakpuasan terhadap aliran realisme. Menurut kaum ekspresionis kebenaran yang hakiki teletak dalam jiwa, pikiran, dan dalam batin. Tidak semua hal yang tidak cocok dengan kenyataan yang ada harus dianggap salah. Bias saja kenyataan itulah tidak benar. Oleh sebab itu, menurut kaum ekspresionisme, apa yang penting harus sesuai dengan suara batinnya. Aliran ini pertama kali muncul pada bidang seni rupa. Baru kemudian merasuk pada bentuk-bentuk kesenian yang lain, termasuk kedalam sastra. Aliran ini cukup mempunyai pendukung tokoh-tokoh besar. Aliran ini tidak hanya populer di Eropa, tetapi juga menyebar sampai ke Amerika. Tokoh-tokoh yang dapat sebagai pendukung aliran ini adalah Strinberg, Tolley, Kaisar (Eropa), serta Rice, O’Neill, Connelly, Kaufman (Amerika).

1.5.6. Drama dan Teater Absurdisme
Absurd berarti tidak rasional, menyimpang dari kebenaran atau Logika umum. Menurut kaum ini, kebenaran didunia ini adalah suatu yang chaos, kacau tak berbentuk, dan penuh kontradiksi. Menurut mereka, kebenaran itu relatif sekali. Dan ukuran tentang kebenarpun relatif serta amat beragam, karena beragamnya pandangan tentang sesuatu yang disebut benar, maka kaum absurd menyarankan agar setiap orang menemukan sendiri kebenaran yang normalnya tentu absurd juga. Segala hal dalam drama dan teater absurd terjadi diluar motivasi rasional, dalam situasi acak-acak, dan serba tiba-tiba. Temanya menggambarkan kehidupan manusia yang tiada terperi. Bentuknya acapkali berupa olok-olok dan ejekan yang tragis, atau tragedy yang dibalut olok-olok. Namun begitu, pada dasarnya penulis drama absurd tetap berlandaskan penciptaan karya-karya mereka pada konteks kehidupan nyatayang tampak dalam keseharian. Tokoh-tokoh drama dan teater absurd adalah Samuel Backett dan Uegene Lonesco.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Jika kita lihat dari pembahasan diatas, bahwasanya derama itu selalu berkembang dari zaman kezama dan dari setiap zamannya terdapat karakteristik yang berbeda,bahkan terdapat bermacam-macam aliran, seperti neoklasik, romantic, realisme dan lain sebagainya. Aliran itu lahir atas ketidakpuasan terhadap aliran-aliran yang sebelumnya.

Edisi Naskah Tunggal

Metode edisi naskah dapat ditentukan sebagai naskah tunggal atau disebut juga sebagai codex unicus jika setelah dilakukan penelusuran keberadaan teks diberbagai tempat penyimpanan naskah ternyata memang hanya naskah yang ditemukan itulah satu-satunya naskah yang ada. Metode edisi naskah tunggal ada dua macam, yaitu edisi diplomatik dan edisi standar
1. Edisi Diplomatik • penelitan satu naskah dengan seteliti-telitinya tanpa ada perubahan.
• Edisi diplomatik yang baik adalah hasil pembacaan yang teliti oleh pembaca yang ahli dan berpengalaman.
• Naskah asli direproduksi fotografis, hasil reproduksi disebut juga faksimile
• Penynting dapat juga mebuat transliterasi
• metode ini paling murni karena tidak ada unsur campur tangan dari pihak editor
• Tujuan penggunaan metode diplomatik ini adalah untuk mempertahankan kemurnian teks

2. Edisi standar
• Penerbitan naskah dengan memberikan perbaikan kesalahan-kesalahan kecil
• Ejaannya disesuaikan dengan yang berlaku
• Tujuannya ialah untuk menghasilkan suatu edisi yang baru dan sesuai dengan kemajuan serta perkembangan masyarakat
• Diadakan pembagian kata, kalimat, pungtuasi dan diberikan pula komentar mengenai kesalahan-kesalahan teks
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com