Kamis, 30 April 2015

biogerafi ibnu Duraid




KATA PENGANTAR


Penyusunan Makalah Biografi ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir semester bagi mahasiswa/mahasiswi Fakultas Adab dan Humaniora UIN jakarta.
Puji serta syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Karunia dan Rahmat-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Makalah ini berhasil tersusun berkat dukungan dan bantuan dari pihak-pihak lain yang senantiasa membantu kami. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen bidang studi yang telah memberikan arahan kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami ucapkan pula terima kasih sebanyak-banyaknya kepada teman-teman yang sudah ikut berpartisipasi meluangkan waktunya untuk sekedar membantu kami. Dan ucapan terima kasih kami untuk semua yang tak bisa kami sebutkan satu per satu.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun mungkin kesalahan dalam penyusunan makalah ini sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang dari seluruh pembaca.
Akhir kata, penyusun berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan para mahasiswa/mahasiswi Fakultas Adab dan Humaniora umumnya. Penyusun mengucapkan terima kasih dan mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penyusunan laporan ini.







Ciputat, 21 Juni 2014


Penyusun







PEMBAHASAN

A. Biogerafi Ibnu Duraid

Dia adalah Muhammad bin Hasan bin Duraid al-Azdi (kota Azdi Oman bawahan daerah Qathan Abu Bakar ) dia seorang ulama bahasa dan sastra diantara ulama berkata tentangnya "Ibnu Duraid adalah seorang ulama dari kalangan dari ulama ahli syair dan Ibnu Duraid mempunyai sebuah Kitab terkenal yaitu al-Maqsur al-Duraidiyyah ia lahir dikota Bashrah kemudian pindah ke-Oman dan bemukim disana selama 12 tahun kemudian ia kembali lagi ke-Bashrah dan mengembara lagi kedaerah yang berbeda di-Persia﹑ keluarga Mikal pernah mengukuhkan diwan Persia karya Ibnu Duraid dan mereka memuji qasidahnya. Ibnu Duraid kembali ke-Baghdad dan bertemu dengan Raja Muqtadin al-Abbasiyyah, dia digaji setiap bulan oleh raja sebesar 50 dinar, dan Ia bermukim disana sampai wafat:hal 276

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Hasan bin Duraid bin Ataihya bin Hantim bin Hasan bin Hamad bin Jaru bin Wasi' bin Wahab bin Salamah bin Hadir bin Asad bin Adz bin Umar bin Malik bin Fahmi bin Qanmu bin Dus bin Adnan bin Abdullah bin Zahran al-Azdi al-Amani. Kata Duraid berasal dari kata udridu ditashgirkan jadi Duraid ini dinamakan dengan tashgir Tarkhim, dia adalah Imam Bashrah dalam bahasa, sastra dan syair.

B. Karya-karya Ibnu Duraid

- al-Jamharah.
Kamus bahasa ini ditulis Inbu Duraid (321 H/933). Kamus ini disusun menurut metode penulisan Imam Khalil dalam kitabnya Al-'Ain. Akan tetapi, kamus jamharah ini berbeda dengan kitab al-'Ain dalam sisi susunannya. Abu Bakar menyusunnya menurut kamus (hijaiyyah), serta memuat khusus satu bab persoalan-persoalan bahasa yang langkap

- al-Isytiqaq (ilmu tentang nasab)
- al-Siraj wa al-Lijaam
- al-Khail al-Kubra
- al- Khail al-shugra
- al-Mujtani
- al- amaly
- al- Malahin
- al- Muqtibas
- al- Maqshur wa al- Mamdud (ilmu sharaf)
- al- Wisyah
- al- Anwa
- al- Silaah
- wafu al-Mathor wa al-Sihaab
- al-Lugah
- Gharib al-Qur'an
- Fa'alat wa Af'alat
- Adab al-Katib
- al-Anbaar
- al- Muqtani

Ibnu Duraid dikenal sebagai pakar bahasa dan sastra arab, ia gemar mengembara dari satu tempat ketempat lain untuk menuntut ilmu bahasa dan memperkuat tesisnya, ia pernah berkrlana kedaerah-daerah pinggiran Persia. Pengembarannya di Negeri Iran tercatat dalam diwan faris karya Alu Mika. Namun pada akhirnya ia lebih memilih ke-Baghdad pada masa dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh al-Muqtadir. Ibnu Duraid termasuk ilmuwan yang dibiyayai oleh negara, setiap bulan ia mendapatkan gaji sebesar 50 dinar atas jasa-jasa dibidang penegembangan ilmu bahasa, seluruh hidupnya, ia pergunakan untuk menghasilkan karya-karya ilmiah yang berperan besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan tatabahasa yang saat itu tumbuh besar di-Bashra Irak. Ibnu Duraid meninggal di-Baghdad dalam usia 95 tahun...Ibnu Duraid dikenal sebagi sosok ulama yang ulet, cerdas dan kuat hafalanya. Ia berhasil mencetak murid-murid yang spesialis dibidang bahasa dan sastra. Diantara murid yang terkenal ialah : Abu Hatim al-Sijistani (w. 862 M), al-'Utba (w.896),al-sirafi (897-979 M), abu faraj al-Isfahani (893). Ibnu Khalawih (w. 980) dan al-Zajjaj (855-923)....selain kamusnya, al-Jamharah atau Jamharah al-Lughah sebanyak tiga jilid, kamus ini merupakan kamus pertama yang menggunakan sistem al-febetis. ia berani tampil beda dengan mengesampingkan model-model kamus fonetik yang kala itu berkiblat pada kamus al-'ain karya Imam Khalil, Namun, materi-materi kata dalam kamusnya Ibnu Duraid banyak mengambil dari kamus al-'Ain. Bahkan, dalam hal penjelasan makna (syarah), gaya bahasa (uslub ) dan argumentasi, antara kamus al-Jamharah dan al-'Ain dapat dikatakan hampir sama. Hal ini yang kemudian menuai keritik dari beberapa pihak yang menuduh Ibnu Duraid bukan sebagai leksikologi, sebab ia dianggap hanya bisa mengganti kamus al-'Ain dengan sampul (baca, sistematika) yang berbeda, sementara kandungannya teteap bermuara dari kamus al-'Ain, salah satu keritikus bernama Nafthawih (858-935) menyatakan dalam syairnya :





Ibnu Duaraid melebarkannya (al-'Ain)
 dalam karyanya, ia gagal dan jahat.
Ia mengaku, dengan kebodohanya
 bahwa ia telah menulis kitabnya, al-Jamharah.
padahal, itu adalah kitab al-'Ain
 hanya saja ia telah merubahnya.

Keritik pedas yang dilontarkan Nafthawaih itu telah dijawab oleh Ibnu Duraid memalalui syairnya:

Andaikata Nahwu diturunkan kepada Nafthawih
 pastilah wahyu itu merupakan murka baginya.

Kamus al-Jamharah ini dapat dikatakan kurang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan leksikologi bahasa Arab, hal itu bisa dimaklumi karena Ibnu Duraid masih berada dibawah bayang-bayang Imam Khalil dalam hal penyusunan kamus, Apalag, sistematika urutan alfbetis Hijaiyah yang di usung Ibnu Duraid hanya mengekor pada hasol kreasi Nashr bin Ashim yang sebelumnya telah menysusun huruf hijaiyah secara beruntun dari huruf alif hingga ya'. Namun demikian, ada saja para pakar bahasa yang serius melakukan penelitian dengan mengambil kamus al-Jamharah sebagai obyek riset.

al-Jamharah

kamus ini disusun oleh Abu Bakar Muhammad bin al-Hasan bin Duraid dari Basrah, dalam sejarah kamus tiga jilid ini dikenal sebagai kamus-kamus kedua pasca al-'Ain karya Khalil, seorang Orientalis bernama Corneco (1872-1953) menambahkan kamus al-Jamharah dengan sebuah buku yang memuat sebuah daftar isi dari materi al-Jamharah hingga semua menjadi empat jilid.
Tampaknya, kamus al-Jamharah karya Ibnu Duraid ini juga mendapatkan respon dari pada pakar leksikon bahasa Arab, Abu Amr al-Zahid (w. 345 H) menyusun sebuah kamus yang memuat kosakata yang tidak dihimpun didalam al-Jamharah, yang Ia beri judul bait al-Jamharah (kekurangan dalam al-Jamharah ) al-Sahih bin 'Ubbad (938-990 H) menyusun kamus Jawuharah al-Jamharah yang isinya meringkas isi materi kamus al-Jamharah, hal ini yang sama dilakukan Syarifuddin Mahmud Nashrullah al-Anshari al-Sya'ir (1154-1234) melalui kamusnya Mukhtashar al-Jamharah (Ringkasan Jamharah) bahkan beberapa sastra merasa perlu menyusun karya sastra yang berisi bait-bait Syair yang termuat dalam kamus al-Jamharah, misalnya kitab syarah Syawahid al-Jamharah (Penjelasan dalil-dalil syair al-jamharah ) karya Abu al-'Alla al-Ma'ry. Hal 243-244





C. Nasihat Ibnu Duraid

Satu orang, Namun satu Orang bagaikan seribu orang jika ia sungguh-sungguh.
bencana akal adalah hawa nafsu dan barang siapa mampu menundukan hawa nafsu dibawah akal sehatnya, maka ia akan selamat
bersandarlah pada sabar yang benar karena sabar merupaka pertahanan terkuat bagai orang-orang yang berakal
sekali-kali jangan takjub pada orang gagal bagaimana ia hancur
Tapi takjublah kepada orang-orang yang menang bagaimana ia sukses
seorang akan menjadi pelajaran bagi generasi sesudahnya, maka jadilah pelajaran yang baik bagi orang-orang yang sabar.

Jangan pernah berharap selamat dari ocehan.

وَما أَحَدٌ مِن أَلسُنِ الناسِ سَالِمًا ..... وَلَو أَنَّهُ ذاكَ النَبِيُّ المُطَهَّرُ

Tidak seorangpun yang selamat dari ocehan manusia

Bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang tersucikan pun tak selamat

فَإِن كانَ مِقدَاماً يَقولونَ أَهوَجُ .... وَإِن كانَ مِفْضَالاً يَقولونَ مُبذِرُ

Jika ia seorang yang selalu maju paling depan…maka mereka berkata, "Dasar tukang nekat tanpa perhitungan"

Jika ia seorang yang sering bersedekah, maka mereka berkata, "Dasar tukang mubadzzir"

وَإِن كانَ سِكّيتاً يَقولونَ أَبكَم …. وَإِن كانَ مِنطيقاً يَقولونَ مِهْذَرُ

Kalau ia seorang yang pendiam maka mereka berkata : "Si Bisu"

Jika ia seorang yang sering berbicara maka mereka berkata, "Tukang ngigau"

وَإِن كانَ صَوّاماً وَبِاللَيلِ قائِماً ….. يَقولونَ زَرّافٌ يُرائِي وَيَمكُرُ

Jika ia seorang yang suka berpuasa di siang hari, dan di malam hari suka sholat malam, maka mereka berkata "Si penipu, hanya riyaa'/pamer dan hanya membuat makar"

فَلا تَحتَفِل بِالناَّسِ في الذَمِّ وَالثَنَا ..... وَلا تَخشَ غَيرَ اللَهِ فَاللَهُ أَكبَرُ

Maka janganlah engkau perdulikan celaan dan pujian manusia…
Dan janganlah engkau takut kecuali kepada Allah, dialah Allah Yang Maha Besar

D. Syair Imam Ibnu Duraid Atas kepergian Imam Ibnu Jarir Ath-thabari

Tak kan kuasa engkau meralat keputusan Allah,
Karenanya topanglah dengan kesabaran dan rasakan kepiluannya
Ber gegaslah menuju sayap kepasrahan dan relalah dengan putusan Sang Pemelihara, baik yang dibenci ataupun disuka
Bila kesabaran terus menerus didera digerus bala bencana, karakter diri pun akan tunduk dan takluk menjadi tak berdaya
Namun diiringi tekad kuat, ia akan mengokohkannya, hingga kesedihan pilu padanya tergolek kalah menderita
Campakkan kepiluan dengan ketabahan, karena ia dapat meredam bara yang berkobar menyala di relung dada
Siapapun berkawan masa pasti dibelit gemuruh bencana, sepanjang hidup ia akan terus saja dibayang bala bencana
sejatinya bala bencana bukanlah hilangnya harta meruah, yang tercecer dicerai beraikan tangan-tangan bencana
bukan pula bercerainya kawan karib yang kehilangan jalinan yang terputus meninggalkan jalinan kedekatannya
namun hilangnya orang yang dengan kewafatannya tercabutlah cahaya petunjuk dan kemegahan ilmu

Abu ja’far beserta ilmunya telah berpulang beriringan, betapa agung pengiring ini karena ia juga turut diiring
sungguh kepergiannya tak hanya merobohkan raga lelaki ini, namun turut merobohkan pula tonggak agama yang terpancang
kematian yang merenggut nyawanya menghadiahkan bumi, bintang yang terpancar menyerang yang memusuhi kebenaran
liku-liku zaman begitu jernih saat keberadaannya, namun sekarang telah tercampur-baur menjadi keruh
sungguh, hari-harinya yang penuh kemilau menjadikan ilmu menjadi terang bercahaya dan taqwa menjadi panutan
selamanya tak pernah zaman ini memunculkan sepertinya, kala haji tak ada regu di perbatasan yang menyamainya
yang lebih tepat janji dan lebih berani memantik lawan kedzaliman, dan lebih tegas putusannya dan lebih mendidik dari sosoknya
juga lebih kuat kesantunannya kala kondisi carut-marut, yang ,meninggalkan orang yang cerdas cekatan menjadi lemah
bila ia memunculkan pendapatnya dalam menjelaskan permasalahan, ia kembalikan garis-garis jalannya yang telah redup menjadi terang
kala menegur atau kala emosi kesantunannya tak jua hilang, ia pun tidak menumpahkan maki pada orang yang terperosok salah
ia tak memasukkan dalam pendengarannya segala sia-sia dan hina, ia tak gelisah dan jengkel mengumpat bencana yang menimpa
bila bertutur kata, ucapannya mengendalikan tali kejujuran, atau ia akan memilih diam yang menorehkan kewibawaan pada jiwa

hatinya mempunyai dua mata taqwa yang membuatnya membubung, iapun membangkitkan nalar penuh sulutan semangat juga kekhawatiran
pesan nasehatnya membuat daki hati menjadi mengkilap,layaknya kilau cahaya pagi membuat gelap menjadi bercahaya
penampilan luar dan batinnya sama saja rupanya, meski terjepit tak pernah kau lihat ia luput dari menjamu tamu
yang memujinya pasti tak luput dari ketidakmampuan dan kelalaian, namun ia pun tak takut didustakan kala dirinya dibeberkan panjang lebar
bongkahan bumi Allah ingin bila ia dijadikan sebagai pusara kuburnya, hingga raganya dapat memberinya aroma penuh wangi
hidupmu bagi dunia dan penduduknya merupakan sinar cahaya itu telah redup dan terhalang

kiranya bumi tahu siapa yang dikubur di perutnya, pastilah seluruh penjurunya tunduk penuh penghormatan dan sambutan
engkau yang meluruskan dari kesesatan dan penyimapangan, Allah anugerahkan padamu nasehat dan pengajaran dengan sempurna
Terhimpun dalam dirimu semua budi pekerti nan suci, yang bersih lagi murni dari berbuat tindak kebodohan
bila suratan takdir telah menentukan untuk merenggutmu, tak mungkin dapat dibelokkan meski yang dituju begitu susah
kematian memiliki mata air yang pahit lagi mengerikan, meski tiada yang suka, namun ia harus minum
bila para ulama meratap kepergianmu, itu karena pilar ilmu roboh, dan jadilah ilmu diratap penuh bela sungkawa
di antara fenomena zaman yang begitu mencengangkan, dan memang zaman selalu menampakkan hal-hal yang menajubkan
gundukan lembah menimbunmu dikaki bukit, dan engkau memenuhinya dengan tanah yang mendatar dan keras.









DAFTAR PUSTAKA


Taufiqurrachman, H R, Leksikologi Bahasa Arab,UIN Malang Press, Malang
Saiful Mu'minin, Imam. kamus Nahwu & Sharaf, Amzah, Jakarta
Khudar ’Akawi, Rihab ‘Abaqira al-Islam Juz tiga, Dar al-Fikr al-‘Arabi. Beirut
http://iinkamheelaputri.blogspot.com/2011/09/ketinggian-akal-oleh-ibnu-duraid-al.html
http://firanda.com/index.php/artikel/status-facebook/307-jangan-pernah-berharap-selamat-dari-ocehan
http://malaikatjibril86.blogspot.com/2011/11/syair-imam-ibnu-duraid-atas-kepergian.html

0 komentar :

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com