Kamis, 30 April 2015

filasafat ibnu Bajjah


KATA PENGANTAR
Mengawali kata pengantar penulisan makalah ini,tidak ada kalimat yang paling tepat untuk menuneikan puji syukur kepada Dzat yang maha terpuji yaitu Allah SWT, Shalawat serta Salam, kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW serta segenap keluarga dan sahabat-sahabatnya bahkan umatnya hingga akhir zaman.
Pada kesempatan kali ini pemakalah akan membahas tentang “Filsafat Ibnu Bajjah” dengan menjelaskan konsep-konsepnya.
Kiranya penulisan makalah ini tidak dapat dikatakan sempurna, karena ini hanya satu upaya dan usaha kecil untuk menambah pengetahuan kita tentang pembahasan ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Demikian makalah ini kami tulis, atas saran dan keritiknya kami harapkan untuk penyempurnaan dihari esok.








Ciputat, 10 Mei 2014
Penyusun





PEMBAHASAN

1. Biografi Ibnu Bajjah
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibn Yahya ibn Sha’igh al-Tujibi al-Andalusi al-Samqusti ibn Bajjah dilahirkan di Saragossa, Andalus pada tahun 475 H (1082 M), berasal dari keluarga al-Tujib karena itu ia dikenal al-Tujibi yang bekerja sebagai pedagang emas (Bajjah=emas). Tapi, di Barat dikenal dengan nama Avempace. Meskipun tidak diketahui dengan jelas masa kecil dan masa remajanya, para ahli dapat menegaskan bahwa ia telah berhasil mematangkankan dirinya dengan pengatahuan yang luas dikota kelahiranya. Banyak buku yang dimasukan ke-Andalusia dari Dunia Islam Belahan Timur, terutama abad ke IV H, Memungkinkan dirinya dapat mengikuti hasil-hasil perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat, yang sejak berlangsung sejak parohan kedua abad II H. Ibnu Bajjah, seperti halnya Ibnu Sina, tidak semata-mata menekuni ilmu dan filsafat, tapi juga terlibat dengan kehidupan politik, sejak ia diangkat sebagai wazir di-Saragossa oleh penguasa kota itu, Abu Bakar al-Sahrawi, yang berada dalam lingkungan Daulat Murobitun. Setelah kota itu direbut oleh Raja Alfonso dari Aragon pada Tahun 512 H/1118, Ibnu Bajjah pindah kekota Seville dan dikota itu ia bekerja sebagai dokter. Tidak beberapa lama setelah itu ia pindah ke Granada. Selanjutnya ia menyebrang lagi ke Maroko, tapi mungkin ia dianggap zindiq (kafir) atau pelaku bid’ah oleh kalangan ulama, ia mengalami penahanan (penjara) di Syatibah, dan setelah dibebaskan ia dapat berhubungan dengan penguasa tertinggi Daulah Murabitun, yang berkedudukan di Fez, dan dipercaya menjadi wazirnya di ibu kota itu. Setelah memegang jabatanya tersebut selama 20 tahun, ia wafat dan dimakamkan di Fez dalam suasana kekacauan yang sedang melanda Daulat Murabitun.
Menurut beberapa literatur Ibnu Bajjah bukan hanya seorang filosof, tetapi juga seorang saintis yang menguasai bebarapa disiplin ilmu pengatuhan, seperti kedokteran, astronomi, fisika,musikus, dan matematika. Fakta ini dafat diterima karena dimasa itu belum terjadi pemisahan dalam suatu buku antara sains dan filsafat sehingga yang mempelajari salah satunya terpalsa bersentuhan dengan yang lain
2. Karyanya
• Beberapa risalah dalam ilmu logika- tersimpan diperpustakaan Escurial, Sepanyol.
• Risalah tentang jiwa.
• Risalah al-Ittisal, pertemuan manusia dengan akal fa’al.
• Risalah al-Wada’- uraian tentang penggerak pertama bagi manusia dan tujuan sebenarnya bagi wujud manusia dan alam.
• Beberapa risalah tentang ilmu falak dan kedokteran.
• Risalah Tadbir al-Mutawahhid.
• Beberapa ulasan terhadap buku-buku filsafat, antara lain dari Aristoteles, Al-Farabi, Porphyius dan lain sebagainya.
3. Filsafatnya
a. Epistemologi
Sebagai tokoh pemula Filsafat Islam di Dunia Islam Barat, Ibn Bajjah tidak lepas dari pengaruh saudara-saudaranya, filsuf dari Islam Timur. Terutama pemikiran al-Farabi dan Ibn Sina. Dalam bukunya yang terkenal Tadbir al- mutawahhid, Ibn Bajjah mengemukakan teori al-Ittishal, yaitu bahwa manusia mampu berhubungan dan meleburkan diri dengan Akal Fa’al atas bantuan ilmu dan pertumbuhan kekuatan insaniah.
Berkaitan dengan teori al-Ittishal tersebut, Ibn Bajjah juga mengajukan satu bentuk epistimologi yang berbeda dengan corak yang dikemukakan al-Ghozali di Dunia Islam timur. di Dunia Islam Timur.kalau al-Ghozali berpendapat bahwa ilham adalah sumber pengetahuan yang lebih penting dan lebih dipercaya, maka Ibn Bajjah mengkritik pendapat itu, dan menetapkan bahwa sesungguhnya perseorangan mampu sampai pada puncak pengetahuan dan melebur kedalam Akal Fa’al, bila ia telah bersih dari kerendahan dan keburukan masyarakat. Kemampuan menyendiri dan mempergunakan akalnya akan dapat memperoleh pengetahuan dan kecerdasaan yang lebih besar. Pemikiran insani dapat mengalahkan pemikiran hewani, sekaligus pikiran inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Perbedaan yang mendasar antara manusia antara manusia dan hewan terletak pada akal yang dimiliki oleh manusia. Dengan sifat akali ini manusia dapat menjadikan dirinya melebihi hewan, sebab dari akal manusia dapan memperoleh pengetahuan.

b. Metafisika
Menurut Ibnu bajjah, segalah yang ada (al-maujudat) terbagi dua: yang bergerak dan yang tidak bergerak. Yang bergerak adalah jisim (materi) yang sifatnya finite (terbatas). Gerak terjadi dari perbuatan yang menggerakkan terhadap yang digerakkan. Gerakan ini digerakkan pula oleh gerakan yang lain, yang akhir rentetan gerakan ini digerakkan oleh penggerak yang tidak bergerak; dalam arti penggerak yang tidak berubah yang berbeda dengan jisim (materi). Penggerak ini bersifat azali. Gerak jisim mustahil timbul dari subtansinya sendiri sebab ia terbatas. Oleh karena itu, gerakan ini mesti berasal dari gerakan yang infinite (tidak terbatas) yang oleh Ibnu Bajjah disebut dengan ‘aql.
Kesimpulanya, gerakan alam ini –jism yang terbatas- digerakkan oleh ‘aql (bukan berasal dari subtansi alam sendiri). Sedangkan yang tidak bergerak adalah ‘aql, ia menggerakkan alam dan ia sendiri tidak bergerak. ‘aql inilah yang disebut dengan Allah (‘aql, aqil, dan ma’qul) sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Farabi dan Ibnu Sina sebelumnya.
Tiga cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, yaitu : (1) membuat lidah kita selalu mengingat Tuhan dan memuliakannya , (2) membuat organ-organ tubuh kita bertindak sesuai dengan wawasan hati dan (3) menghidari segala yang membuat kita lalai mengingat Tuhan atau membuat hati kita berpaling dari-Nya. Ini semua mesti dilaksanakan terus-menerus sepanjang hidup

c. Materi dan Bentuk
Menurut pandangan Ibnu Bajjah Materi tidak mungkin bereksistensi tanpa bentuk. Sementara itu, bentuk bentuk bisa bereksistensi dengan sendirinya tanpa materi. Jika tidak, secara pasti tidak mungkin dapat menggambarkan adanya modifikasi (perubahan) pada benda. Perubahan tersebut adalah suatu kemungkinan dan inilah yang dimaksud dengan pengertian bentuk materi.
Bentuk yang dimaksud Ibnu Bajjah mencakup arti jiwa, daya, makna, dan konsep. Bentuk hanya dapat ditangkap dengan akal dan tidak dapat ditangkap oleh pancaindera. Bentuk pertama merupakan bentuk abstrak yang bereksistensi dalam materi. Bentuk menurut Ibnu Bajjah, bertingkat-tingkat. Tingkat yang paling rendah adalah bentuk materi pertama dan yang paling tinggi adalah bentuk akal pemisah. Dari bentuk yang paling rendah sampai bentuk yang paling tinggi terjalin seperti mata rantai. Akal manusiawi dapat mencari bentuk kesempurnaannya dapat melewati rantai dengan berfilsafat. Jiwa seperti ini dapat berhubungan langsung dengan akal aktif.

d. Jiwa
Menurut pendapat Ibnu Bajjah, setiap manusia mempunyai jiwa. Jiwa ini tidak mengalami perubahan sebagaimana jasmani. Jiwa adalah penggerak bagi manusia. Jiwa di gerakkan dengan dua jenis alat-alat jasmaniah dan alat-alat rohaniah. Alat-alat jasmaniah antaranya ada berupa buatan dan ada pula berupa alamiah, seperti kaki dan tangan. Alat-alat alamiah ini lebih dahulu dari alat buatan, yang disebut juga oleh Ibnu Bajjah dengan pendorong naluri (al-harr al-garizi) atau roh insting. Ia terdapat pada setiap makhluk yang berdarah.
Jiwa menurut Ibnu Bajjah, adalah jauhar rohani, akan kekal setelah mati. Di akhirat jiwalah yang akan menerima pembalasan, baik balasan kesenangan (surga) maupun balasan siksaan (neraka). Akal, daya berpikir bagi jiwa, adalah satu bagi setiap orang yang berakal. Ia dapat bersatu dengan Akal Fa’al yang diatasnya dengan jalan ma’rifah filsafat.

e. Politik
Dari pengertian mutawahhid, banyak orang mengira bahwa Ibn Bajjah menginginkan supaya seseorang menjauhkan diri dari masyarakat ramai. Tetapi sebenarnya Ibn Bajjah bermaksud bahwa seorang mutawahhid sekalipun harus senantiasa berhubungan dengan masyarakat. Tetapi hendaklah seseorang itu mampu menguasai diri dan sanggup mengendalikan hawa nafsu, tidak terseret kedalam arus perbuatan rendah masyarakat.dengan perkataan lain ia harus berpusat pada dirinya dan merasa selalu bahwa dirinya menjadi contoh ikutan orang lain, serta sebagai penyusun perundang-undangan bagi masyarakat, bukan malah tenggelam dalam masyarakat itu .
Pandangan politik Ibnu Bajjah dipengaruhi oleh pandangan politik Al-Farabi. Ia juga membagi negara menjadi negara utama atau sempurna dan negara yang tiadak sempurna , seperti negara jahilah, fasiqah, dan lainya.
Demikian juga dengan hal-hal lain yang lain, seperti persyaratan kepala negara dan tugas-tugasnya selain mengatur negara, juga pengajar dan pendidik. Pendapat Ibnu Bajjah ini sejalan dengan Al-Farabi. Perbedaannya hanya terletak pada penekananya. Al-Farabi titik tekannya pada kepala negara, sedangkan Ibnu Bajjah titik tekannya pada warga negara (masyarakat).


f. Ahlak
Ibnu Bajjah membagi perbuatan manusia menjadi dua macam: pertama perbuatan manusiawi, yaitu perbuatan yang didorong oleh kehendak. Sedangkan kehendak itu dihasilkan oleh pertimbangan pemikiran; dan kedua, perbuatan hewani yaitu perbuatan instingtif seperti yang terdapat pada hewan, muncul karena dorongan insting. Bukan karena dorongan pemikiran, sebagai contoh: seseorang tersandung oleh sebuah batu dijalan, kemudian batu itu ia hancurkan. Bila ia menghancurkan batu itu karena terluka oleh batu itu. Maka perbuatan itu masih berada dalam kategori perbuatan hewani. Akan tetapi bila ia menghancurkan berdasarkan pertimbangan agar batu yang dihancurkan itu tidak lagi menyandung dan melukai siapa saja yang lewat dijalan itu. Maka perbuatan tersebut adalah perbuatan manusia, dan masuk dalamkategori perbuatan etis.
Menurut Ibnu Bajjah, seseorang haruslah menata dirinya dengan membuat daya-daya hewaninya tunduk pada kemauan pemikiran (akal). Bila terjadi sebaliknya pada seseorang, yakni daya akalnya tunduk pada daya hewaninya sehingga ia tidak tahu lagi membedakan antara yang benar dan sesat, yang baik dan yang buruk, maka – menurut Ibnu Bajjah – hewan lebih tinggi daripada orang itu karena hewan berbuat tunduk pada tabiatnya.

g. Manusia Penyendiri
Filsafat Ibnu Bajjah yang paling populer adalah manusia penyendiri, dalam menjelaskan manusia penyendiri ini, Ibnu Bajjah terlebih dahulu memaparkan penertian Tadbir al- Mutawahhid. Lafal Tadbir, dalam bahasa Arab, mengandung pengertian yang banyak, namun pengertian yang diinginkan Ibnu Bajjah mengatur perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dengan kata lain, aturan yang sempurna. Dengan demikian, jika tadbir dimaksudkan pengaturan yang baik untuk mencapai tujuan tertentu, maka tadbir hanya khusus bagi manusia. Sebab pengertian itu, hanya dapat ditentukan dengan perantara akal, yang akal hanya terdapat pada manusia.
Adapun yang dimaksud dengan mutawahhid adalah manusia yang hidup menyendiri, hidup didalam menara gading, merenungkan berbagai ilmu teoritis. Dengan cara begitu ia dapat berhubungan dengan al-Aqlu al-Fa’al. Memang benar hidup mengasingkan diri sepenuhnya berlawanan dengan tabiat manusia sebagai mahluk yang beradab menurut kodratnya. Akan tetapi Ibnu Bajjah berpendapat bahwa hidup memecilkan diri pada hakikatnya lebih baik. Sebagai mana ia mengatakan “untuk itu orang yang hidup menyendiri, dalam beberapa segi kehidupanya sedapat mungkin harus menjauhkan diri dari orang lain, tidak mengadakan hubungan dengan orang lain keculai dalam keadaan mendesak atau sekedar menurut keperluan, atau ia pergi hijrah ketempat yang banyak terdapat ilmu penegetahuan kalau ada. Sikap yang demikian itu tidak bertentangan dengan apa yang disebut peradabaan, dan tidak bertentangan pula dengan apa yang tampak jelas didalam ilmu alam. Telah jelas bahwa manusia adalah berada menurut kodratnya”




0 komentar :

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com