Senin, 27 April 2015

Analisis Struktur Novel Laila Majnun

BAB I

A. PENDAHULUAN

Novel yang akan saya analisis adalah Layla Majnun karya Syaikh Nizami. Novel ini merupakan novel sastra yang berhasil memadukan tema cinta dan latar belakang budaya suatu bangsa.

Laila Majnun merupakan kisah cinta kelasik yang dikisahkan dari mulut kemulut ditanah Arab sejak Dinasti Umayyah berkuasa (661-750 M). Diyakini oleh banyak orang, roman ini didasarkan pada kisah nyata tentang seorang pemuda Qays putra Al-Mulawwah, penguasa Bani Amir di Arabia.

Ada puluhan versi versi cerita pada masa itu, dalam salah satu versinya, Qays menghabiskan masa mudanya bersama Layla ditenda mereka. Dalam versi yang lain, Qays hanya memandang Layla dan langsung jatuh cinta kepadanya dengan cinta yang membuatnya pikun dan buta, tapi dari sekian bnyak versi tetap mengandung persamaan dalam masing-masing versi : Qays berubah menjadi gila karena cintanya kepada Layla, karena alasan itulah dia disebut ''Majnun'' yang berarti ''Gila'' melalui kisah itukah kemudian syair-syair Arab, yang berbicara tentang romantika cinta Maknun dan kesetian layla yang menggetarkan.

Layla Majnun sangat menginspirasi para penyair Arab, khususnya kaum sufi, karena sosok Layla menjadi simbol yang mempersentasikan yang terkasih - yang rahasia dan tak tersentuh- dan sosok Majnun mempersentasikan seorang pecinta. Dalam ajaran agungpara sufi, hubungan pencinta dan kekasih, juga antara hamba dan Tuhan, hanya bisa terjalin melalui cinta. Dari tradisi lisan kisah tersebut kemudian merasuk dalam khazanah sastra Persia, dan Nizami menuliskannya pada abad 12 dalam bahasa Persia. Dari situlah timbul ketertarikan untuk menganalisis novel.

B.TUJUAN PENELITIAN

 Untuk menyelesaikan tugas akhir semester
 Untuk mendeskripsikan unsur-unsur Intrinsik yang terdapat pada novel Layla Majnun

C. BENTUK PENELITIAN

 Mengunakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan Teori Struturalsime
 Sumber data Roman Layla Majnun karya Nizami Ganjavi terbitan Kayla Pustaka cet 1. tahun 2009







D. TEORI STRUKTURALISME

Apa yang diartikan dan dimaksud dengan pengkajian sastra ialah penyelidikan atau penelitian dengan menelaah suatu karya sastra.

Dari sejumlah pendekatan sastra yang muncul, pendekatan sastra yang mendasarkan pada telaah struktur boleh disebut sebagai pendekatan yang paling banyak menghasilkan teori. Pendekatan struktur itu sendiri sebenarnya sejak zaman Yunani sudah dikenalkan oleh Aristoteles dengan konsep wholeness, unity, complexty dan choherence. Namun, perkembangan strukturalisme secara pesat barulah pada abad 20.

Menurut saya sangat menarik menganalisis novel ini melalui pendekatan strukturalisme. Pendekatan ini memandang bahwa keritik sastra harus berpusat pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan sastrawan sebagai pencipta dan pembaca sebagai peenikmat.

Kebanyakan penganut aliran Strukturalis secara langsung dan tidak langsung berkiblat pada strukturalisme dalam ilmu bahasa yang dirintis oleh de saussure. Adapun dua pengertian kembar dari ilmu linguistik ialah : signifiant-signifie dan paradigma-syntagma. Signifiant berarti yang memberi arti, jadi aspek bentuk dalam tanda atau lambang, signifie berarti yang diartikan, tanda bahasa terdiri atas unsur pemberi arti dan unsur yang diartikan. Dengan mengabungkan dua unsur itu kita dapat mengatakan sesuatu mengenai hal-hal yang terdapat didalam kenyataan. Hubungan antara pemberi arti dan yang diberi arti biasanya dilakukan dengan sewenang-wenang dan menurut konvensi-konvensi, jadi tidak berkembang dari ''alam kodrat'' atau dengan sendirinya.

Meskipun struktur merupakan objek utama, telaah struktur tidak hanya mengkategorikan struktur bahasa bahasa teks secara terpisah. Telaah struktural harus dikaitkan pula dengan fungsi struktur lainnya. Sebagaimana dikemukakan Terry Eagleton bahwa setiap unit dari struktur yang ada hanya akan bermakna jika dikaitkan hubunganya dengan struktur lainnya. Hubungan tersebut bisa merupakan hubungan pararelisme, pertentangan, inversi dan kesetaraan. Yang terpenting adalah bagaimana fungsi hubungan tersebut dalam menghadirkan makna secara keseluruhan.

Dengan demikian, keritik sastra struktural adalah keritik objektif yang menekankan aspek Instrinsik karya sastra, dimana yang menentukanya estetikanya tidak estetika bahasa yang digunakan, tetapi juga relasi antar unsur. Unsur-unsur itu dilihat sebagai sebuah artefak (benda seni) yang terdiri dari berbagai unsur, prosa terdiri dari tema, plot, latar, tokoh dan gaya bahasa. Semua Unsur-unsur itu dilihat teori strukturalisme jalin menjalin dengan rapi yang memiliki interrelasi dan saling ketergantungan.
BAB II

A. Analisis

Judul Novel : Laila Majnun
Pengarang : Nizami Ganjavi
Penerbit : Karya Pustaka
Penerjemah : Ali Noer Zaman
Jumlah halaman : 236 hal
Cetakan 1 : februari 2009

Dalam versi Nizami Qays dan Layla sama-sama jatuh cinta ketika keduanya bertemu disekolah tempat mereka menuntut ilmu bersama kisah ini diawali oleh perasaan cinta yang menggila dari seorang pemuda tampan yang terkenal dikawasan bani Amir Jazirah Arab, bernama Qays. Ia mencintai Layla dan Laila pun sama, mereka menjalin kisah cinta secara sembunyi karena pada waktu itu mereka belum saatnya untuk memadu cinta tapi seiring berjalannya waktu kisah mereka tidak bisa disembunyikan lagi, semua orang pada tau bahkan keluarganya yang pada akhirnya mereka tidak bisa bertemu lagi. Dalam perjalanan, Layla dinikahkan secara paksa oleh ayahnya dengan lelaki yang bernama Ibnu Salam. Namun dia tidak bisa menjamah kegadisan Layla, yang selalu setia kepada Qais hingga akhir hayatnya, Lama tidak bertemu qais tidak kuat menahan rasa cinta yang seperti bara, iapun seperti gila, bertingkah dan berpenampilan aneh hingga orang-orang memanggilnya majnun. Dari rasa kecintaannya yang mendalam majnun mendapat berita bahwa Layla menikah dan kabar buruk lain yang lain berita ayahnya yang meninggal, kemudian tidak lama setelah itu sang Ibu tercintapun mengikuti jejak ayahnya. Inilah puncak kesedihan, hingga suatu peristiwa yang membuat hati terluka ketika majnun mendengar sang kekasih meninggal dunia lalu majnun mengunjungi makam Layla Lalu menangis dan menjerit. Ia memeluk kuburan Layla hingga Majnu menghembuskan nafas terakhirnya diatas kuburan Layla.


1. Tema

Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan bisa sangat beragam. Tema bisa berupa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi dan tradisi yang terikait erat dengan masalah kehidupan. Namun, tema bisa berupa pandangan pengarang, ide atau keinginan pengarang dalam pensiasati persoalan yang muncul.Tema yang baik pada hakikatnya adalah tema yang tidak diungkapkan secara langsung dan jelas. Tema bisa disamarkan sehingga kesimpulan tentang tema yang diungkapkan pengarang harus harus dirumuskan sendiri oleh pembaca.

Tema sentralnya adalah tentang percintaan yang kental dengan nuansa religi, seprti dapat kita lihat dua insan ini saling cinta, cara cinta mencintai juga bernuansa religi, tidak vulgar, namun tampak secara perlahan. Seprti dalam kutipan berikut ini.

Kutipan 1.
“Hati siapa yang tidak terpikat dan dirajam kerinduan ketika memandangi kembang padang pasir itu.? Tetapi Qays merasakan lebih dari itu. Ia hanyut dalam samudera cinta sebelum tahu ia akan mengalaminya. diserahkannya hatinya pada layla sebelum ia paham ia paham apa yang telah diserahkanya. Dan Layla ? Tak jau beda. Seletik api telah menyala di relung hati keduannya, dan masing-masing hati mencerminkan wajah yang dicintainya”.(Layla Majnun 2009 : 21)

Kutipan 2.
“Qays dan Layla merasakan betapa indah bunga cinta pertama mereka yang baru merekah”. (Layla Majnun 2009 : 22)

Tema bawaannya adalah perjuangan cinta seseorang pemuda terhadap seseorang yang sangat ia cintai, ini bisa kita lihat ketika mereka harus berpisah, namun Qays tetap berisikeras mencari Layla dipindahkan seperti tergambar dalam.

Kutipan.
“Saat melam makin mengental, dan semua orang telah terlelap, diam diam majnun keluar menuju tenda Layla, kadang dua atau tiga temannya yang juga mengalami sakit cinta turut menemaninya, meski ia lebuh banyak sendirian, berjalan sambil melantunkan syair-syair kerinduan”.(Layla Majnun 2009 : 29)

Dalam novel ini terdapat cinta terlarang yang merupakan tema sampingan hal ini bisa tergambar pada saat orang tua layla mengetahui hubungan mereka berdua dan ayah Layla memutuskan untuk memisahkan mereka dengan cara memindahkan dan menyembunyikan Layla. Seperti dalam.

Kutipan.1
“Dan Layla pun segera dikurung orang tuannya dirumah. Mereka menjaganya dengan hati-hati dan tak memberi kesempatan pada Qays untuk bertemu dengannya. Rembulan itu disembunyikan dari mata pemujanya”. (Layla Majnun 2009 : 27)

kutipan 2
“keluarga Layla amat geram ketika mengetahui penyusupan yang dilakukan majnun. Siang malam mereka berjag, menutup jalan yang dilintasi pengganggu kedamaian, jembatan penghubung diruntuhkan”.(Layla Majnun 2009 : 35)


2. Tokoh dan Penokohan

Sebagian besar tokoh-tokoh karya fiksi adalah tokoh-tokoh rekaan. Kendati berupa rekaan atau hanya Imajinasi pengarang, masalah penokohon merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema. Semakin berkembangnya ilmu jiwa, terutama psiko-analisa, merupakan pula salah satu alasan pentingnya peraanan tokoh cerita sebagai bagian yang ditonjolkan oleh pengarang. Konflik-konflik yang terdapat dalam suatu cerita yang mendasari terjalinya suatu plot, pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari tokoh-tokohnya, baik yang bersifat protagonist maupun antagonis.

Dalam novel ini kita bisa menganalisi tokoh dan penokohannya, disini kita menemukan Qays sebagai tokoh sentral yang digambarkan sebagai tokoh pratagonis, yaitu seorang yang cerdas seperti yang terdapat dala kutipan berikut ini.

“Qays segera menjadi salah satu murid terbaik, dengan cepat ia menguasai seni baca tulis, ketika berbicara, seolah-olah lidahnya menyeburkan mutiara,indah didengar”.(Layla Majnun 2009 : 20)

Qays juga digambarkan sebagai sebagai sosok yang rela berkorban untuk memperjuangkan cintanya sampai-sampai ia rela pergi dari rumahnya untuk mencari layla meski orang-orang disekitarnya selalu mengejeknya dengan menyebutnya Qay yang gila seperti yang tergambar di bawah ini.

Kutipan 1.
“Mengembaralah ia ke lembah-lembah kecil diantara tenda-tenda dan pasar, tempat para pedagang dan seniman mendirikan lapak-lapaknya. Berjalanlzh ia tanpa tujuan hanya mengikuti suara hatinya yang merindu dendam”.(Layla Majnun 2009 : 28)

kutipan 2.
“Saat Qays melintas, orang-orang disekitar berteriak, ''liahat, orang gila itu datang... Majnun, Majnun !''(Layla Majnun 2009 : 28)

Tokoh selanjutnya adalah syed Omri sebagai tokoh tritagonis, ia seorang peminpin kabilah, kaya raya, gagah dan pemberani.
Dan ia digambarkan peminpin yang selalu bersyukur, sabar dan rendah hati, ia sering berdo'a kepada Allah SWT meskipun keinginannya belum terkabul, seperti tergambar dalam kutipan.

Begitulah syed Omri, semakin besar hasrtnya untuk punya keturunan,Namun setelah bertahun-tahun, do'a dan sedekahnya tak juga didenger oleh Tuhan. Rembulan yang ia rindukan tak pernah muncul diatas langitnya.

Tokoh Layla digambarkan sebagai gadis cantik seperti terdapat dalam kutipan.
''kalau dipandang ia bagaikan rembulan Arabia, dibawah bayang - bayang gelap rambutnya, wajahnya seperti nyala rentera”. (Layla Majnun 2009 : 21)

Layla juga digambarkan sebagai orang yang pasrah pada takdir, dia tidak bisa berbuat apa-apa, hanya tangisanlah yang ia keluarkan seperti yang terdapat pada kutipan berikut ini

''Ia menderita dan menangis dalam hati, namun ketika malam mennyembunyikan dirinya dari air mata yang mengintai, ia membiarkan air matanya mengalir deras sehingga matanya membengkak merah seperti buah narsis''(Layla Majnun 2009 : 114)

Selanjutnya Ibu Majnun sebagai tokoh tritagonis yang digambarkan sebagai orang yang slalu perhatian terhadap kondisi majnun dan selalu memberikan saran kepada anaknya, seperti tergambar dalam kutipan berikut.

''Percayalah padaku. Turutilah akal sehatmu ! Bangkit dan kembalilah bersamaku dan tinggalkanlah sarang liarmu ini”.(Layla Majnun 2009 : 190)

Tokoh selanjutnya adalah Ayah Layla, sebagaimana yang telah saya amati penokohannya digambarkan sebagai tokoh yang sensitif dan keras pendiriannya dan menjadi penentang dalam novel ini atau Antagonis apalagi ketika ia menjawab pinangan syed Omri, seperti dalam kutipan berikut ini.

'' apa yang tuan katakan adalah urusan tuan belaka, tetapi tuan tidak bisa mengubah takdir atau perjalanan dunia dengan kata-kata. Tuan telah memperlihatkan sampul yang menarik, tuan katakan putra tuan masih muda dan dipuja-puja. Tetapi, tidakkah kami tahu tentang dirinya ? Siapa yang belum mendengar tentang putra tuan dan kelakuan bodohnya ? Siapa yang tak tahu dengan ketakwarasaanya ? Ia Gila dan seorang yang gila bukan menantu yang cocok bagi kami''.(Layla Majnun 2009 : 38)

Tokoh selanjutnya adalah Nawfal, dalam penokohnanya dia seorang bangsawan yang baik dan termasuk tokoh penengah atau tritagonis dialah yang menolong qays. Seperti tergambar dalam kutipan berikut ''sungguh perbuatan yang berani dan layak kulakukan bila aku bisa menolong manusia berhati baja ini untuk menggapai hasrat hatinya yang penuh damba, kata Nawfal''.(Layla Majnun 2009 : 75)

3. Plot

Salah satu elemen terpenting dalam membentuk sebuah karya fiksi adalah plot cerita. Dalam analisi cerita, plot sering pula disebut dengan istilah alur. Dalam pengertiannya yang paling umum, plot atau alur sering diartikan sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita. Luxemburg menyebut alur atau plot adalah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan dan diakibatkan atau dialami oleh para pelaku. Namun dalam pengertiannya yang lebih khusus, plot sebuah ceriti tidaklah hanya sekedar rangkaian peristiwa yang termuat dalam topik-topik tertentu, melainkan mencakup beberapa faktor penyebab terjadinya peristiwa. Dalam kontek ini, bangunan sebuah plot menjadi sesuatu yang amat kompleks. Plot tidak hanya dilihat dari jalannya suatu peristiwa. Lebih jauh perlu juga dianalisis bagaimana urgensi peristiwa-peristiwa yang muncul tersebut mampu membangun satu tentang gagasan atau konflik tokohnya.


Setelah saya analisi dalam novel ini menggunakan alur maju, bisa kita lihat dalam pemaparan tokoh-tokoh yang disampaikan diawal-awal cerita. Misalnya tokoh syed Omri dideskripsikan diawal cerita dan kemudian berlanjut dengan pendeskripsian Qays dan begitu seterunya. Seperti dalam kutipan.

kutiapan 1.
''Di Arabia pada suatu masa, seorang penguasa Badui bernama syed Omri hidup dan berkuasa atas Bani Amir''.(Layla Majnun 2009 : 17)

kutipan 2.
''Ia dikaruniai anak Lelaki, yang tampak ranum seperti senyuman buah delima dan dua minggu setelah persalinan, sangbayi bersinar seperti rembula dihari keempat belas. Orang tuanya memebri nama Qays''.(Layla Majnun 2009 : 19)

kutipan 3.
''Kini syed Omri mengirim anaknya belajar pada seorang guru yang biasa mengajar anak-anak bangsawan''. (Layla Majnun 2009 : 20)

“Setelah itu munculah pertikaian antara cinta Qays Layla dengan orang tua Layla, orang tua Layla tidak menyetujui hubungan mereka baginya itu merupakan aib dan tidak pantas orang gila bersanding dengan Layla. Seperti yang terdapat pada kutipan''Ia gila, dan seorang yang gila bukanlah menantu yang cocok bagi bagi kami'.(Layla Majnun 2009 : 39)

Klimaks pertikaian terlihat pada saat pasukan Nawfal, pembela majnun menyerang kabilah ayah layla, karena Ayah Layla menolak pinangan majnun yang diwakili kepadanya. Seperti terliahat pada kutipan.

''Sebelum malam menyelimuti pertunjukan yang memilukan hati, matahari telah menyalakan cahaya kemenangan bagi pasukan Nawfal, musuh berhasil dipukul mundur. Kabilah Layla kalah, banyak terbunuh, terluka atau hampir mati kelelahan''.(Layla Majnun 2009 : 91)

“Meskipun pasukan Nawfal menang Ayah Layla tetap pada pendiriannya yang keras hati, Ayah Layla tidak menyetujui permuntaan Nawfal. Dan penyelesaian cerita tergambar ketika Layla meninggal hingga Majnun menyusulnya, seperti dalam kutipan '' Bersama kata-kata ini, Maknun meletakan kepalanya diatas batu nisan dan memeluknya dengan kedua Tangannya. Ia menekan tubuhnya kebatu nisan dengan segala kekuatan yang bisa ia kerahkan. Bibirnya bergerak sekali lagi, kenudian dengan kata-kata ''kau,cintaku..'' rohnya meninggalkan raganya”.(Layla Majnun 2009 : 228)

Ringkasnya ketika mulai diceritakan dari kabilah suku Arab dan Istrinya yang berdo'a kepada Allah dengan sabar dan penuh harap agar segera dikaruniai anak, kemudian keduanya dikaruniai anak, Qays namanya, lalu Qays ini dimasukan kesekolah dan belajar pada seorang guru yang biasa mengajar anak-anak bangsawan, di sekolah inilah Qays dipertemukan sehingga meraka menjalincinta. ketika sang Ayah Layla mengetahuinya dipisahkalah mereka sampai-sampai Layla dikurung didalam rumah supaya tidak bisa bertemu Qays, singkat cerita setelah kejadian itu Qays menjadi gila dan cerita ini berakhir dengan kematian.
Jadi jelas sekali dalam novel Layla Majnun ini menggunakan Alur maju



4. Setting

Dalam karya sastra, setting merupakan satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya. Walaupun seting dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita, keberadaan elemen setting hakikatnya tidak hanya sekedar menyatakan dimana, kapan dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan berkaitan juga dengan gambaran teradisi, karakter, perilaku sosial dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis.

Sebagai mana di sebut Jakob Sumardjo setting yang berhasil harus terintegrasi dengan tema, watak, gaya, implikasi atau kaitanya dengan filosofisnya. Dalam hal tertentu setting mampu membentuk tema dan plot tertentu yang dalam dimensinya terkait dengan tempat, waktu, daerah.

Dalam novel ini yang menjadi tempatnya adalah sekitar Jazirah Arab, antara Mekah,Madinah dan Najed, seperti yang terdapat pada kutipan berikut ini :

kutipan 1.
''mereka tiba di Mekkah dengan selamat''.(Layla Majnun 2009 : 47)

kutipan 2.
''Dan sekali lagi melarikan diri kepadang pasir Najed, seperti seekor singa mabuk''. (Layla Majnun 2009 : 61)

setting waktunya sekitar malam dan siang seperti pada kutipan.

''suatu hari, datang seorang gadis kecil yang jelita''.(Layla Majnun 2009 : 20)

Tetapi hampir semua cerita terjadi malamnya yaitu ketika Qays pergi dari rumahnya untuk menemui tambatan hatinya seperti terdapat pada kutipan.'' saat malam makin mengental, dan semua orang telah terlelap, diam-diam majnun keluar menuju tenda layla''.(Layla Majnun 2009 : 29)

Suasan yang terdapat didalam cerita Ini lebih didominasi dengan rasa mengharukan, suasana-suasana yang tampak pada novel ini adalah sedih, mencekam dan mengharukan. Suasana sedih tampak pada Qays dan Layla yang harus terpisah, mereka berdua dijauhkan oleh orang tua Layla seperti terdapat pada kutipan.
'' dan Layla pun segera dikurung orang tuanya dirumah. Mereka menjaganya dengan hati-hati dan tak memberi kesempatan pada Qays untuk bertemu''.(Layla Majnun 2009 : 27)

Suasana mencekam terlihat ketika pertarungan antara Nawfal dan Kabilah Ayah Layla seprti pada kutipan.
''pasukan perang yang beringas bergerak maju mundur. Ketika auman para perajurit membahana keangkasa darah muncrat dari daging-daging yang terbelah''.(Layla Majnun 2009 : 84)

Terakhir suasana mengharukan ketika kedua Insan yang saling mencintai harus berpisah.''majnun meletakan kepalanya diatas batu nisan, dan memeluknya dengan kedua tangannya''.(Layla Majnun 2009 : 228)

5. Sudut pandang

Dari sisi tujuan, sudut pandang terbagi menjadi empat tipe utama. Meski demikian, perlu diingat bahwa kombinasi dan variasi dari keempat tipe tersebut bisa sangat tidak terbatas, pada orang pertama-utama, sang karakter utama bercerita dengan kata-katanya sendiri. Pada orang pertama - sampingan cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama. Pada orang ketiga terbatas, pengarang mengacu pada semua karakter dan memosisikan sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan apa yang dapat dilihat, didengar dan difikirkan oleh satu orang karakter saja. Pada orang ketiga-tidak terbatas pengarang mengacu pada setiap dan memosisikan sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat membuat beberapa karakter melihat, mendengar atau berpikir atau saat tidak ada satu karakterpun hadir.

Pengarang menggunakan Orang ketiga terbatas, seperti yang terdapat pada kutipan.

''Ia menekan Tubuhnya kebatu nisan dengan segala kekuatan yang bisa ia kerahkan''.(Layla Majnun 2009 : 228)
Seolah-olah penulis hanya melaporkan yang dilihatnya, hanya memaparkan atau melukiskan lakuan deramatik.

6. Gaya bahasa

Gaya bahasa digunakan untuk menyatakan ungkapan yang berisi perbandingan atau persamaan. Perbandingan dengan persamaan tersebut umumnya didasarkan pada ciri-ciri yang dipunyai oleh sesuatu yang dibandingkan dan disamakan, tujuannya adalah untuk memperoleh efek yang di inginkan, gaya bahasa, gaya bahasa ini dikelompokan pada perbandingan dan persamaan secara langsung atau tidak langsung.

Dalam Novel ini Kebanyakan mengunakan Majas simile atau persamaan dan personifikasi. Seperti yang tergambar dalam kutipan.

Kutipan 1.
• Majas simile.''wajahnya seperti nyalanya lentera''(Layla Majnun 2009 : 22)
Disebut majas simile karena membandingkan sesuatu sama dengan yang lainya . Perbandingan tersebut dinyatakan secara eksplisit dengan menggunakan seprti

• Majas personifikasi.''wahai kelopak mawar yang koyak dan terlantar''.(Layla Majnun 2009 : 55)


Kutipan 2

''bunga melati menyampaikan pesan''(Layla Majnun 2009 : 66)
Disebut personifikasi karena menunjukan kiasan untuk memperlakukan benda-benda mati seolah-olah seperti mempunyai sifat-sifat yang ada pada manusia, disini kelopak mawar seperti manusia yang bisa hidup terlantar dan bunga melati seperti manusia bisa menyampaikan pesan.




BAB III
A. PENUTUP
Dari analisis novel yang telah saya paparkan diatas, maka dapat saya simpulkan bahwa. Tema dari novel Layla Majnun adalah tentang percintaan yang kental dengan nuansa religi, yang terjadi di sekitar Timur Tengah. Dapat kita lihat, Cara mereka mencintai juga bernuansa religi, tidak vulgar, namun tampak secara perlahan. Alur yang digunakan pada novel ini merupakan alur maju. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam laila majnun adalah Qays, Layla, syed Omri, ibu Qays, Naufal, Ayah layla dan Ibnu Salam. Latar ini ada tiga macam, yaitu: latar tempat; latar waktu; soial budaya; dan latar suasana. Latar tempat di Arabia, latar waktu malam hari, latar sosial budaya Timur tengah, dan latar suasana yang hampir mendominasi suasana mengharukan dan Gaya bahasa yang digunakan penulis adalah bahasa kiasan dan perbandingan.



















DAFTAR PUSTAKA
Sardjono Pradotokusumo, Partini. Pengkajian Sastra, Jakarta: PT Gramedia, 2008.
Fananie, Zainuddin. Telaah Sastra, Surakarta: Muhammadiyah University Press,2002.
Kamil, Sukron. teori keritik sastra Arab Kelasik dan Modern,Jakarta, PT RajaGrafindo Persada,2012.
Luxemburg, Jan van dkk , Pengantar Ilmu Sastra(terjemahan).Jakarta: PT Gramedia,1986.
Stantion, Robert. An introducation to fiction (terjemahan), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Ganjavi, Nizami. The story of Layla Majnun (terjemahan), Jakarta : Kayla Pustaka, 2009.

0 komentar :

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com