Kamis, 30 April 2015

budaya kekerasaan

BUDAYA KEKERASAN
1.Definisi
Kekerasan (violence, bahasa Inggris) berasal dari kata latin violentus , berasal dari kata vi atau vis yang berarti kekuasaan atau berkuasa. Kekerasan merupakan cerminan dari tindakan agresi atau penyerangan kepada kebebasan atau martabat seseorang oleh perorangan atau sekelompok orang. Kekerasan dapat juga diartikan sebagai tindakan yang sewenang-wenang dan menyalahgunakan kewenangan secara tidak absah.
Kekerasan adalah tingkah laku agresif yang dipelajari secara langsung, yang sadar atau tidak sadar telah hadir dalam pola relasi sosial seperti keluarga sebagai unit paling kecil hingga kelompok-kelompok sosial yang lebih kompleks. Kekerasan terjadi dalam berbagai bidang kehidupan sosial, politik ekonomi dan budaya.
Bentuk kekerasan banyak ragamnya, meliputi kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan psikologis, kekerasan ekonomi, kekerasan simbolik dan penelantaran. Kekerasan dapat dilakukan oleh perseorangan maupun secara berkelompok, secara serampangan [dalam kondisi terdesak] atau teroganisir.
2.Kekerasan dan perilaku menyimpang
Kekerasan juga diidentikkan dengan perilaku menyimpang. Tuti Budirahayu (2004) dalam buku “Sosiologi” menjelaskan, perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku (nonconform), tindakan anti sosial (melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum dan tindakan kriminal (pelanggaran aturan hukum, mengancam jiwa dan keselamatan orang lain).
Penentuan siapa yang bisa disebut memiliki perilaku menyimpang sangat relatif karena norma-norma yang mengatur perilaku juga bervariasi. Perilaku ini dapat dikenali dari reaksi orang lain (masyarakat) jika norma telah ditetapkan dan penyimpangan telah diidentifikasi.
Seseorang menjadi penyimpang karena proses interaksi dan intepretasi tentang kesempatan bertindak menyimpang, pengendalian diri yang lemah dan kontrol masyarakat yang longgar (permisif). Perilaku menyimpangan yang dilakukan kelompok disebut dengan subkultur menyimpang. Subkultur menyimpang memiliki norma, nilai, kepercayaan,kebiasaan atau gaya hidup yang berbeda dari kultur dominan. Subkultur misalnya, komunitas biker, rider, kelompok drugusers, kelompok homoseksual, kelompok punk, dan sebagainya.




3.Teori Yang Berkaitan Dengan Perilaku Menyimpang :
a. Teori Anomie
Pandangan ini dikemukakan oleh Robert Merton yang menyatakan, perilaku menyimpang terjadi akibat adanya berbagai ketegangan dalam struktur sosial sehingga ada individu-individu yang mengalami tekanan dan akhirnya menjadi penyimpang.
b. Teori Belajar ( Teori Sosialisasi)
Edwin H.Sutherland menyatakan teorinya asosiasi diferensial yaitu penyimpangan itu adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas suatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari subkultur atau teman-teman sebaya yang menyimpang.
c.Teori Labeling (teori pemberian cap atau teori reaksi masyarakat)
Becker menyatakan teori bahwa penyimpangan merupakan suatu konsekuensi dari penerapan aturan-aturan dan sanksi oleh orang lain kepada seorang pelanggar. Misalnya Seseorang yang terlanjur dilabelkan atau dicap negatif sebagai pemabuk maka orang itu justru minum sebanyak-banyaknya untuk mengatasi penolakan masyarakat terhadap dirinya.
d. Teori Kontrol
Teori ini muncul karena adanya pandangan yang mengasumsikan bahwa setiap orang cenderung tidak patuh pada hukum atau untuk memiliki dorongan pelanggaran pada hukum. Hirshi menyatakan empat unsur pengikat sosial (sosial bond) yang berfungsi sebagai pengendali perilaku individu yaitu : attachment (kasih sayang), commitmen (tanggung jawab), involvement (keterlibatan), believe (kepercayaan, kepatuhan, kesetiaan).
e. Teori Konflik
Teori ini menyatakan bahwa kelompok elite dengan kekuasaannya menciptakan peraturan, khususnya hukum, untuk melindungi dan memenangkan kepentingan mereka. Persaingan kepentingan mengakibatkan terjadinya konflik antara kelompoks atu dan kelompok lainnya. (menurut : Quinney, Clinnard dan Meier).
4.Apakah kekerasan itu budaya..........?
Ya. Kekerasan itu budaya, jika dilihat dari pengertian budaya sebagai sebuah cara hidup menurut Raymond Williams (pemikir kajian budaya/cultural studies dari Inggris). Budaya menurut Kephart meliputi adat istiadat / kebiasaan, nilai-nilai, pemahaman yang sama yang menyatukan sebagai masyarakat.
Jelas, pada banyak sisi kehidupan kekerasan itu menjadi budaya. Tafsir terhadap kekerasan itu sangat subyektif, bersifat kultural dan tergantung pada keyakinan, pandangan, nilai atau norma yang diyakini kelompok-kelompok masyarakat.
Motivasi kekerasan ditujukan untuk : bertahan hidup (survival), memenuhi kebutuhan atas hasrat [libido] kekerasan, melanggengkan kekuasaan, mempertahankan diskriminasi dan stratifikasi sosial.
Sebagai cara hidup, budaya kekerasan itu: dipelajari, diadopsi, dibiakkan, dikonsumsi dipertunjukkan, didistribusikan atau bahkan dijadikan komoditas fetishme [pemuas birahi kekerasan, seperti penjualan alat-alat kekerasan seksual bagi para sadomasokis].
5.apakah budaya kekerasan itu..........?
Budaya Kekerasan terjadi, ketika kekerasan (violence), ketakutan (horror) dan teror berkonspirasi membentuk perilaku yang menyimpang dan menjadi praksis kehidupan masyarakat. Kekerasan dianggap hal yang biasa karena menjadi komsumsi pikiran dan termanifestasi dalam tindakan sehari-hari.
Media massa memberikan kontribusinya yang sangat besar dalam mendistribusi kekerasan. Rumah-rumah produksi berlomba-lomba menyajikan tayangan sinetron, reality show yang sarat dengan caci maki, intrik jahat, kisah yang menampilkan darah dan airmata, penindasan dan berbagai kekerasan lainnya.
6.Faktor Penyebab Tawuran
Baru-baru ini kita mulai dipanaskan kembali dengan budaya tawuran di antara para pelajar. Sampai-sampai terjadi korban jiwa. Dan sungguh sadis, tawuran kali ini bukan hanya dengan main tangan, tetapi lebih dari itu menggunakan senjata tajam.
Sebenarnya ada beberapa faktor yang kami amati sebagai penyebab tawuran, yaitu kami bagi menjadi faktor internal maupun eksternal.
a.Faktor Internal
 Kurangnya didikan agama
Faktor internal yang paling besar adalah kurangnya didikan agama. Jika pendidikan agama yang diberikan mulai dari rumah sudahlah bagus atau jadi perhatian, tentu anak akan memiliki akhlak yang mulia. Dengan akhlak mulia inilah yang dapat memperbaiki perilaku anak. Ketika ia sudah merasa bahwa Allah selalu mengamatinya setiap saat dan di mana pun itu, pasti ia mendapatkan petunjuk untuk berbuat baik dan bersikap lemah lembut. Inilah keutamaan pendidikan agama
 Pengaruh teman
Biasanya karena pengaruh teman, takut dibilang “cupu loe ga mau ikut tauran, punya nyali ga loe..??” atau “ini kan buat kebaikan sekolah kita, klo loe ga ikut mending ga usah jadi temen gue”. Kalau anak sudah memiliki agama yang bagus ditambah ia tahu bagaimana pergaulan yang buruk mesti dijauhi, ditambah dengan ia tidak mau perhatikan ucapan kawannya atau kakak angkatannya “cupu” atau “culun”. Tentu ia tidak mau terlibat dalam tawuran

b.Faktor Eksternal
Selain faktor internal faktor eksternal secara tidak langsung mendorong para pelajar pelajar untuk melakukan aksi tawuran. Di antara faktor tersebut:
• Kurangnya perhatian orang tua.
Saat ini pendidikan anak sudah diserahkan penuh pada sekolah. Orang tua (ayah dan ibu) hanya sibuk untuk cari nafkah mulai selepas fajar hingga matahari tenggelam. Sehingga kesempatan bertemu dan memperhatikan anak amat sedikit. Jadinya, tempat curhat dan cari perhatian si anak adalah pada teman-temannya. Kalau yang didapat lingkungan yang jelek, akibatnya ia pun akan ikut rusak dan brutal. Beda halnya jika ibunya berdiam di rumah. Tentu dia akan lebih memperhatikan si anak.
• Faktor ekonomi
Ekonomi, biasanya para pelaku tawuran adalah golongan pelajar menengah kebawah ini disebabkan faktor ekonomi mereka yang pas-pasan bahkan cenderung kurang membuat membuat mereka melampiaskan segala ketidakberdayaannya lewat aksi perkelahian tersebut, karena diantara mereka merasa dianggap rendah ekonominya dan akhirnya ikut tawuran agar dapat dianggap jagoan.




























BAB III
a. Kesimpulan
budaya kekerasan
Kekerasan (violence, bahasa Inggris) berasal dari kata latin violentus , berasal dari kata vi atau vis yang berarti kekuasaan atau berkuasaKekerasan adalah tingkah laku agresif yang dipelajari secara langsung, yang sadar atau tidak sadar telah hadir dalam pola relasi sosial seperti keluarga sebagai unit paling kecil hingga kelompok-kelompok sosial yang lebih kompleks. Kekerasan terjadi dalam berbagai bidang kehidupan sosial, politik ekonomi dan budaya.
Kekerasan dan perilaku menyimpang
 Teori yang berkaitan dengan perilaku menyimpang
o Teori Anomie
o Teori Sosialisas
o Teori Labeling
o Teori Kontrol
o Teori Konflik
Faktor Penyebab Tawuran
a.Faktor Internal
 Kurangnya didikan agama
 Pengaruh teman
b.Faktor Eksternal
 Kurangnya perhatian orang tua.
 Faktor ekonomi








Daftar Pustaka
Adlin, Alfatri. 2006.Spiritualitas dan Realita Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra
Black, Donald.1976. The Behavior of Law. London : Academic Press
Budirahayu, Tuti.2004. Perilaku Menyimpang. Jakarta: Prenada Media
Chaney, David.1996. Lifestyles. Yogyakarta: Jalasutra
Salam, Burhanuddin.1997. Etika Sosial—Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia.Jakarta: Rineka Cipta
www.remajaislam.com



0 komentar :

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com